Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

14.1.13

4 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN REMAJA DARI GAYA BLUSUKAN PEJABAT NEGARA

By: Tinnajer Team On: Senin, Januari 14, 2013
  • Share The Gag


  • Tinnajer- melanjutkan artikel yang lalu yakni tentang blusukan pejabat negara saat ini Tinnajer akan mengupas kembali beberapa hal yang bisa remaja dan pemuda indonesia pelajari dari gaya blusukan para pejabat indonesia tersebut. apa saja hal itu ? simak baik-baik penjelasannya di bawah ini.

    Blusukan kini menjadi kata-kata populer yang terdengar di bumi indonesia, istilah atau kata ini kini dianggap menjadi sebuah maskot atau ciri khas tersendiri dari beberapa pejabat indonesia, kalau dulu kita mengenal bapak Jusuf Kalla yang juga rajin Blusukan nampaknya, sekarang hal tersebut berpindah ke diri Jokowi (sekaligus di perkenalkan secara tidak langsung oleh beliau) yang telah menjadi Gubernur DKI JAKARTA menggantikan Fauzi Bowo.

    bagi sebagian kalangan Blusukan dianggap memberikan sebuah jati diri dan ke-khasan serta keunikan tersendiri bagi setiap pejabat yang melakukannya di samping itu Blusukan juga menjadi Media penting penyambung aspirasi rakyat dengan pejabat walaupun kita juga menyadari bahwa blusukan tidak semata-mata menjadi sebuah media komunikasi saja namun, terlepas dari itu masyarakat mesti meng-apresiasi kerja ''blusukan'' pejabat negara yang saat ini mulai di gembar gemborkan.

    lantas apa yang bisa masyarakat indonesia dapatkan dan pelajari dari Blusukan ini ? utamanya masyarakat Remaja dan pemuda indonesia ? ada beberapa hal yang patut di perhatikan remaja indonesia terkait kerja blusukan ini, yakni :

    1. jangan sesat di jalan salah, blusukan sendiri artinya tersesat tapi, tidak tersesat dalam hal-hal buruk, ini hanya penggambaran pada cara kerja untuk turun langsung ke hal-hal yang sifatnya penting, dimana pemimpin turun untuk berdekatan dengan masyarakat yang dipimpinnya, remaja juga mesti seperti itu, turun langsung menangani pekerjaan yang diserahkan kepadanya, pekerjaan sekolah, dari orang tua atau dari organisasi.

    2. ajang mencari tahu, dengan ber-blusukan seorang pemimpin, pejabat pemerintah mengetahui segala sesuatu yang terjadi di bawahnya, di suatu daerah, disuatu tempat yang berbeda keadaannya dengan daerah si pejabat, remaja juga harus seperti itu, berani mengenali apa yang terjadi di suatu tempat, ingin tahu dengan apa yang terjadi dan berusaha mencari jalan keluar dari sesuatu yang terjadi

    3. ajang instrospeksi diri, dengan ber-blusukan ke daerah yang berbeda dengan daerah yang kita diami maka secara umum akan memunculkan pengetahuan baru sekaligus pendalaman terhadap diri sendiri, seorang pejabat yang turun melihat langsung kehidupan masyarakat di desa terpencil akan tergerak hatinya untuk mensyukuri apa yang di dapatnya dan berusaha untuk memberikan yang terbaik lewat tugas dan amanah yang diberikan masyarakat kepadanya.

    4. ajang bertukar pikiran, dengan ber-blusukan seorang pejabat bisa bertukar pikiran dengan anggota masyarakat lain yang sangat mempengaruhi kebijakan yang mungkin akan dilakukan pejabat tersebut.

    pada dasarnya Blusukan yang dilakukan pejabat negara kita secara langsung ataupun tidak langsung memiliki andil yang sangat besar bagi keberhasilan negeri ini, jika mereka melakukan blusukan itu betul-betul untuk mengabdikan diri mereka pada masyarakat dan negara bukan karena hanya ingin melakukan ''Pencitraan'' semata.




    Kesimpulan yang bisa diambil dari kegiatan Blusukan para pejabat, yang bisa dialihfungsikan untuk remaja ialah kegiatan tersebut tujuannya adalah  Berkomunikasi untuk mencari jalan keluar dan Jalan keluar ini hanya akan bisa terwujud  dengan adanya peran komunikasi, karena komunikasi membentuk sebuah hubungan yang mengarah pada peran.

    Partai Baru Menuju 2014 ?

    By: Tinnajer Team On: Senin, Januari 14, 2013
  • Share The Gag


  • Tinnajer - 2014 adalah tahun yang ditunggu-tunggu, dinanti-nanti dan menjadi perbincangan di tahun baru 2012 ini, walaupun masih jauh bahkan belum terinjak oleh kaki-kaki kita namun, suara langkah dan kepastiannya kian terasa, terdengar dalam alunan kata-kata dan teringat dalam setiap pikiran, utamanya di pikiran Pengurus Partai Politik baru.

    Akhir minggu yang lalu, beberapa stasiun TV memperlihatkan dengan jelas beberapa orang terlibat dalam sebuah perdebatan keras, perdebatan yang berujung pada penuntutan dan interupsi bahkan sesekali dihiasi cemoohan, kata-kata kotor dan pengumpatan, orang-orang tersebut menggunakan atribut masing-masing, mereka bersikeras membela diri dan kelompoknya, ya seperti yang anda tahu, orang-orang atau kelompok yang saya sebutkan tersebut adalah pengurus dari partai-partai baru indonesia yang mempertanyakan nasib mereka dalam hasil verifikasi KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang dikatakan ''tak memihak'' partai baru.

    ''tak memihak kepada partai baru'', ''tak etis'' dan ''tak adil'' itulah yang dirasakan beberapa partai baru tersebut, partai-partai yang baru  terbentuk untuk ikut berpesta di ajang pemilihan umum tahun 2014 mendatang namun, apa daya justru keinginan untuk maju tersebut dihadang habis dengan persyaratan yang di berikan oleh KPU, persyaratan yang telah sesuai dengan undang-undang namun, dirasa menyulitkan untuk  partai baru tersebut atau sudah sesuai dan bahkan terpenuhi oleh partai baru tapi, di ''permainkan'' oleh KPU.

    KPU (Komisi Pemilihan Umum) dianggap ''inkonsisten'' dan hanya mempermainkan partai baru seperti anak kecil yang belum tahu apa-apa yang hanya dijadikan sebagai penghibur, menghiasi hari-hari indonesia untuk menuju tahun 2014 bersama dengan sebuah pemilihan, pemilihan yang diharapkan memberikan kontribusi besar bagi kesuksesan bangsa, kemajuan negara dan kesejahteraan rakyat, sebuah harapan yang utama dari pemilu tersebut adalah terciptanya sebuah habitat kehidupan yang lebih baik, tanpa korupsi, kolusi, nepotisme, tanpa ketidak adilan, hidup dalam sebuah negara yang mengayomi dan melindungi rakyat di bawahnya, ya negara seperti inilah yang diinginkan namun, mungkin hanya akan tercipta oleh sebuah cerita yang kita karang sendiri.


    ''Indonesia tanah air beta
    pusaka, abadi nan jaya
    tempat para gelandangan di pecah belah
    kepalanya di bawah kakinya diatas
    digantung, dirantai, ditelantarkan dengan telanjang dada
    perempuan miskin dikendalikan jadi abdi bagi pejabat setan
    laki-laki miskin dikurung dalam sangkar jahannam, menderita kusta, matanya buta
    mereka ini masih muda tapi, wajahnya sudah tua, kering, menderita
    mereka bekerja, diperas dijadikan budak tak berharta
    untuk mengabdi pada pejabat yang haus darah''