Tinnajer - 2014 adalah tahun yang ditunggu-tunggu, dinanti-nanti dan menjadi perbincangan di tahun baru 2012 ini, walaupun masih jauh bahkan belum terinjak oleh kaki-kaki kita namun, suara langkah dan kepastiannya kian terasa, terdengar dalam alunan kata-kata dan teringat dalam setiap pikiran, utamanya di pikiran Pengurus Partai Politik baru.
Akhir minggu yang lalu, beberapa stasiun TV memperlihatkan dengan jelas beberapa orang terlibat dalam sebuah perdebatan keras, perdebatan yang berujung pada penuntutan dan interupsi bahkan sesekali dihiasi cemoohan, kata-kata kotor dan pengumpatan, orang-orang tersebut menggunakan atribut masing-masing, mereka bersikeras membela diri dan kelompoknya, ya seperti yang anda tahu, orang-orang atau kelompok yang saya sebutkan tersebut adalah pengurus dari partai-partai baru indonesia yang mempertanyakan nasib mereka dalam hasil verifikasi KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang dikatakan ''tak memihak'' partai baru.
''tak memihak kepada partai baru'', ''tak etis'' dan ''tak adil'' itulah yang dirasakan beberapa partai baru tersebut, partai-partai yang baru terbentuk untuk ikut berpesta di ajang pemilihan umum tahun 2014 mendatang namun, apa daya justru keinginan untuk maju tersebut dihadang habis dengan persyaratan yang di berikan oleh KPU, persyaratan yang telah sesuai dengan undang-undang namun, dirasa menyulitkan untuk partai baru tersebut atau sudah sesuai dan bahkan terpenuhi oleh partai baru tapi, di ''permainkan'' oleh KPU.
KPU (Komisi Pemilihan Umum) dianggap ''inkonsisten'' dan hanya mempermainkan partai baru seperti anak kecil yang belum tahu apa-apa yang hanya dijadikan sebagai penghibur, menghiasi hari-hari indonesia untuk menuju tahun 2014 bersama dengan sebuah pemilihan, pemilihan yang diharapkan memberikan kontribusi besar bagi kesuksesan bangsa, kemajuan negara dan kesejahteraan rakyat, sebuah harapan yang utama dari pemilu tersebut adalah terciptanya sebuah habitat kehidupan yang lebih baik, tanpa korupsi, kolusi, nepotisme, tanpa ketidak adilan, hidup dalam sebuah negara yang mengayomi dan melindungi rakyat di bawahnya, ya negara seperti inilah yang diinginkan namun, mungkin hanya akan tercipta oleh sebuah cerita yang kita karang sendiri.
''Indonesia tanah air beta
pusaka, abadi nan jaya
tempat para gelandangan di pecah belah
kepalanya di bawah kakinya diatas
digantung, dirantai, ditelantarkan dengan telanjang dada
perempuan miskin dikendalikan jadi abdi bagi pejabat setan
laki-laki miskin dikurung dalam sangkar jahannam, menderita kusta, matanya buta
mereka ini masih muda tapi, wajahnya sudah tua, kering, menderita
mereka bekerja, diperas dijadikan budak tak berharta
untuk mengabdi pada pejabat yang haus darah''
0 komentar:
Posting Komentar